MENUMBUHKAN JIWA ENTERPRENEUR MELALUI EDUPRENEURSHIP
#1
- erlinafarida
- Anggota
MENUMBUHKAN JIWA ENTERPRENEUR MELALUI EDUPRENEURSHIP
MENUMBUHKAN JIWA ENTERPRENEUR MELALUI EDUPRENEURSHIP
Tantangan dunia pendidikan saat ini selain menciptakan sumber daya manusia yang siap kerja sesuai kompetensinya juga diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai jiwa enterpreneur. Pendidikan SMK menjadi salah satu alternatif dalam mencetak lulusan yang handal serta memiliki jiwa enterpreneur. Sehingga pendidikan SMK bisa ikut berperan dan memberi solusi dalam mengurangi jumlah pengangguran melalui penumbuhan jiwa wirausaha pada siswa lulusan SMK. Jiwa enterpreneur ini diharapkan mampu mencetak generasi yang mandiri dan memiliki sikap kompetitif sehingga mampu bersaing di era global. Jiwa enterpreneur tidaklah muncul begitu saja, namun harus melalui pembiasaan-pembiasan yang bisa menumbuhkan jiwa wirausaha.
Sekolah Menengah Kejuruan membutuhkan pendidik yang kreatif dan inovatif agar menghasilkan generasi muda yang sukses. Sehingga dapat mengikuti perubahan dunia kerja dan mampu menciptakan peluang usaha. Sikap kreatif dan inovatif ini merupakan sebagian karakter yang harus dimiliki oleh seorang enterpreneur. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Sekolah Menengah Kejuruan dapat memberi contoh pengembangan usaha kreatif dan inovatif melalui proses pembelajaran. Salah satunya dengan penerapan edupreneurship dalam pelaksanaan pembelajaran.
Istilah Edupreneurship terdiri dari dua kata, yakni education yang berarti pendidikan dan enterpreneurship yang bermakna kewirausahaan. Di bidang pendidikan, edupreneurship merupakan bagian dari entrepreneurship. Edupreneurship adalah sekolah-sekolah yang selalu melakukan inovasi yang bermakna secara sistemik, perubahan transformasional, tanpa memperhatikan sumber daya yang ada, kapasitas saat ini atau tekanan nasional dalam rangka menciptakan kesempatan pendidikan baru dan keunggulan (Oxford, 2012). Edupreneurship merupakan usaha kreatif dan inovatif sekolah yang berorientasi pada keunggulan. Selain itu edupreneurship juga banyak memberi keuntungan finansial.
Produk Kreatif dan Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di Sekolah Menengah Kejuruan. Mata pelajaran ini bisa dijadikan sarana untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur siswa SMK. Karena mata pelajaran ini terkait langsung pada penanaman konsep kewirausahaan. Dalam pelajaran ini tidak hanya diajarkan teori saja, tetapi juga ketrampilan yang bisa menumbuhkan jiwa enterpreneur. Praktek nyata dari mata pelajaran ini siswa mampu berinovatif menghasilkan suatu produk, mulai dari perencanaan, pembuatan hingga pemasarannya. Dengan demikian, dari pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki jiwa dan karakteristik wirausaha.
Selain itu pengembangan teaching factory sebagai tempat berlatih usaha merupakan salah satu strategi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki jiwa enterpreneur. Pelaksanaan edupreneurship tanpa melalui pembelajaran teaching factory sama seperti belajar keterampilan tanpa praktik karena siswa tidak memiliki pengalaman selama proses belajar. Seorang entrepreneur tidak semata-mata harus berwirausaha dengan cara berjualan, tetapi dapat menjadi kreator pada industri kreatif yang lebih luas lapangan kerjanya. Maka dari itu dibutuhkan kreativitas dan sikap inovatif.
Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran nyata (kontekstual) untuk meminimalkan kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dengan kebutuhan industri. Melalui teaching factory, siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang hampir sama dilakukan di dunia industri. Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk menanamkan karakter dan mental kerja yang tangguh sehingga mudah beradaptasi dengan dunia kerja. Selain itu, juga untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur karena dalam pelaksanaan teaching factory siswa dihadapkan pada dunia industri yang sebenarnya.
Dadang Hidayat M (2015) mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur dapat dilakukan dengan pembelajaran teaching factory 6 M (TF 6 M), yaitu menerima order, menganalisis order, menyatakan kesiapan mengerjakan order, mengerjakan order, mengadakan quality control, dan menyerahkan order. Dari konsep TF 6M tersebut diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan seperti kedisiplinan, pantang menyerah, percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan.
Model TF-6M terdiri dari dua kegiatan yaitu softskill dan hardskill. Dari dua kegiatan tersebut, softskill dan hardskill diharapkan mampu menumbuhkan potensi siswa dalam bentuk kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran teaching factory ini melibatkan tiga unsur yaitu: 1) siswa sebagai pekerja, 2) guru sebagai asesor, konsultan, fasilitator dan sekaligus sebagai penanggungjawab keseluruhan program pembelajaran, dan 3) pemberi/pemilik order baik dari industri, dari perseorangan atau dari sekolah sendiri. Dari ketiga unsur tersebut, pelaksanaannya harus bersinergi agar hasil pencapaiannya bisa maksimal.
Last edited by erlinafarida (23 Dec 23:44)
Off